
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Perang Bisnis di Industri Jasa Pesan-Antar Makanan, di Indonesia dan Dunia - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Alibaba sudah punya lini kurir makanan sendiri, yakni Koubei, kata dalam bahasa Tiongkok yang berarti "dari mulut ke mulut". Menurut Wall Street Journal, Ele.me—bahasa Tiongkok yang artinya, apakah kamu lapar?—akan bekerjasama dengan Koubei yang tahun lalu mendapatkan investasi 464 juta dolar dari Alibaba dan Ant Financial.
Selain di Tiongkok dan Indonesia, India adalah salah satu negara Asia yang sedang bergairah menyambut bisnis kurir makanan berbasis aplikasi dan internet ini. Salah satu pemain kuat di India adalah Swiggy. Aplikasi ini sudah diunduh sebanyak 2,2 juta kali. Mereka hadir di 8 kota di India, dan setiap hari melayani sekitar 45.000 order makanan.
Lima tahun lalu, mereka mendapat pendanaan sekitar 2 juta dolar. Saat ini mereka sedang bernegosiasi untuk mendapatkan investasi 12 juta dolar dari investor asal Amerika Serikat, Bessemer Venture Partner. Tak hanya itu, Amazon India juga tertarik untuk menaruh dana pada perusahaan asal Bangalore ini.
Namun, dari semua area itu, pertempuran terbesar mungkin ada di Amerika. Menurut perusahaan riset internet, CB Insights, ada setidaknya 40 perusahaan rintisan yang berada dalam ceruk kurir makanan.
Gilanya, rata-rata punya valuasi yang besar. Yang terbesar adalah Blue Apron, punya valuasi sekitar 2 miliar. Diikuti oleh DoorDash (700 juta dolar), Postmates (500 juta dolar), dan Munchery (300 juta dolar).
Pendanaan mereka juga besar. Instacart pada awal tahun ini mendapat pendanaan sekitar 275 juta dolar. Juni tahun lalu, Blue Apron dapat investasi tambahan sebesar 193 juta dolar.
Mereka yang Mengibarkan Bendera Putih
Dengan adanya ratusan perusahaan food delivery, wajar kalau investor sedikit kebingungan di mana harus menaruh dana. Akibatnya, investasi jadi tidak merata. Tak heran kalau ada beberapa rintisan food delivery yang tumbang hanya dalam waktu beberapa bulan sejak dimulai.
Pendanaan untuk perusahaan kurir makanan ini memang pernah besar. Menurut CB Insights, sejak 2014 para investor sudah mengguyur 10 miliar dolar kepada 421 perusahaan pengantar makanan. Namun di 6 bulan pertama, jumlah itu menurun hingga setengahnya.
Wajar kalau perusahaan yang mengandalkan dana dari investor, kerap kembang kempis. Bahkan bangkrut seperti yang terjadi pada Take Eat Easy asal Belgia, yang beberapa bulan lalu mengibarkan bendera putih walau sudah mendapatkan pendanaan besar selama bertahun-tahun.
"Masalahnya, sebagian besar perusahaan pengantar makanan yang sekarang masih ada adalah perusahaan skala kecil dan menengah. Mereka tidak bisa berkompetisi tanpa logistik yang superior," kata Neil Campling, Pimpinan Riset Global di perusahaan investasi Norther Trust Capital Market, pada TIME.
Perusahaan-perusahaan kecil dan menengah itu tentu tak bisa menandingi dalamnya dompet perusahaan raksasa seperti Uber atau Amazon. Karena itu, sebagian besar perusahaan kecil menengah itu mulai mengubah strategi. Antara lain dengan menyempitkan area pelayanan, sehingga kualitas makanan tidak menurun, dan bisa diantarkan dengan cepat.
Tapi UberEats pun tidak bisa lenggang kangkung. Bisnis pengantaran makanan ini memang besar secara nilai, tapi secara margin keuntungan tidak sebesar yang dibayangkan. Ongkos produksinya pun bisa bikin cenat-cenut. Apalagi bagi perusahaan seperti Uber atau GoJek yang tidak membatasi lingkup area pelayanan.
Bisa jadi ongkos untuk bensin jauh lebih besar ketimbang ongkos kurir yang dikutip. "Margin keuntungannya lebih mirip sebuah tantangan," kata Jitse Groen, direktur Takeaway.com pada Financial Times.
"Aku tidak melihat apa untungnya bagi Uber untuk bergerak ke bisnis pengantaran makanan. Hidangan cepat jadi dingin dan orang bergerak dengan cepat. Tapi kami menganggap mereka serius karena mereka punya uang. Bukan karena mereka lebih baik ketimbang, katakanlah, JustEat.”
Pada akhirnya, perkembangan internet dan ponsel pintar tidak akan bisa dihalangi. Begitu pula bisnis yang bersandar padanya, termasuk usaha pengantaran makanan. Tinggal menunggu saja, siapa yang lebih cepat kehabisan uang dan harus mengibarkan bendera putih.
Tags:
Bisnis